BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ketika memulai pekerjaan baru banyak
para karyawan yang merasa gugup ketika pertama kali bekerja. Kegugupan hari
pertama ini dasarnya bersifat alamiah. namun hal itu dapat mengurangi kepuasan
karyawan baru dan kemampuan untuk belajar kerja jika manajemen SDM tidak
mengantisipasinya lebih dini. Para psikolog mengatakan bahwa kesan awal pertama
adalah begitu kuatnya dan wajar wajar saja karena karyawan baru masih memiliki
sesuatu yang sedikit, seperti pengetahuan, dan pengalaman kerja serta untuk
melakukan penilaian diri. Hal ini sangat tergantung pada keinginan kuat
karyawan untuk mengetahui segala sesuatu tentang perusahaan. untuk membantu
karyawan menjadi anggota yang puas dan produktif, manajer dan departemen SDM
harus membuat kesan awal tersebut menjadi sesuatu yang menyenangkan para
karyawan baru, jadi jangan menimbulkan kesan bahwa yang paling membutuhkan di
perusahaan adalah karyawan dan perusahaan. Sekali proses seleksi telah
diputuskan, para manajer dan departemen SDM hendaknya membantu karyawan baru
tersebut untuk merasa cocok dengan lingkungannya. Mengapa? karena sejak hari
pertama, pendatang baru sudah masuk ke proses Investasi SDM. Mereka perlu
disiapkan sejak awal agar nantinya mampu melakukan sesuatu tugas yang
dibebankan perusahaan kepada mereka dengan baik. untuk membantu pendatang baru
agar mereka merasa cocok, program orientasi dan sosialisasi akan membuat mereka
familiar antara lain dengan peran peranya, perusahaan, kebijakan kebijakan dan
karyawan lainnya.
B.
Rumusan
Masalah
- Apa pengertian dari orientasi?
- Apa manfaat dan tujuan dari orientasi?
- Apa Keuntungan dari orientasi ?
C.
Tujuan
- Mengetahui pengertian dari orientasi
- Mengetahui manfaat dan tujuan dari orientasi .
- Mengetahui Keuntungan dari orientasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Orientasi
Menurut Marihot T. E.
Hariandja (2002 : 153) orientasi merupakan suatu program untuk memperkenalkan
pegawai baru pada peran-peran mereka, organisasi, kebijaksanaan-kebijaksanaannya,
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan pada rekan kerja mereka. Kegiatan ini
biasanya dilakukan oleh departemen sumber daya manusia dan hal-hal khusus
dilakukan oleh supervisor dengan cara pertama-tama diberikan aspek-aspek umum
kemudian dilanjutkan dengan hal-hal khusus. Orientasi pada dasarnya merupakan
salah satu komponen proses sosialisasi pegawai baru, yaitu suatu proses
penanaman sikap, standar, nilai, dan pola perilaku yang berlaku dalam
perusahaan kepada pegawai baru.
1. Pengertian
Orientasi
Orientasi adalah
program yang dirancang untuk menolong karyawan baru (yang lulus seleksi)
mengenal pekerjaan dan perusahaan tempatnya bekerja. Program orientasi sering
juga disebut dengan induksi. Yakni memperkenalkan para karyawan dengan peranan
atau kedudukan mereka, dengan organisasi dan dengan karyawan lain. Orientasi
dilaksanakan karena semua pegawai baru membutuhkan waktu untuk dapat
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan kerjanya yang baru.
Orientasi berarti
penyediaan informasi dasar berkenaan dengan perusahaan bagi pegawai baru, yaitu
informasi yang mereka perlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara memuaskan.
Informasi dasar ini mencakup fakta-fakta seperti jam kerja, cara memperoleh
kartu pengenal, cara pembayaran gaji dan orang-orang yang akan bekerja sama
dengannya. Orientasi pada dasarnya merupakan salah satu komponen proses
sosialisasi pegawai baru, yaitu suatu proses penanaman sikap, standar, nilai,
dan pola perilaku yang berlaku dalam perusahaan kepada pegawai baru. Disini ada
beberapa definisi orientasi yang saya ambil dari situs internet
www.jurnal-sdm.blogspot.com diantaranya yaitu:
Orientasi Kerja
menurut Ingham (1970): the concept formed the basis for the harmonious view of
industrial relations in the small firm as orientation to work was said to cause
individual self-selection to the small firm sector. Yang kurang lebih memiliki
arti: sikap dan tingkah laku karyawan, merupakan suatu konsep yang dapat
menciptakan harmoni dalam bekerja dan sehingga dapat menyebabkan peningkatan
kinerja karyawan secara individu dalam sebuah perusahaan.
Orientasi Kerja
menurut Goldthorpe (1968): orientation to work adalah arti sebuah pekerjaan
terhadap seorang individu, berdasarkan harapannya yang diwujudkan dalam
pekerjaannya. Dari apa yang saya kuitp di situs internet
www.jurnal-sdm.blogspot.com pada umumnya, karyawan akan merasa sedikit waswas
selama hari-hari pertama kerja.
Setidaknya ada 3
alasan utama yang menyebabkan terjadinya kegugupan pada hari-hari pertama kerja
(Meryl Reis Louis : 1980) antara lain :
a. Alasan
pertama adalah bahwa setiap situasi baru yang melibatkan perubahan dan
perbedaan dalam beberapa hal, akan menyebabkan karyawan baru harus menghadapi
ketidakpastian
b. Harapan
yang tidak realistis. Karyawan baru sering memiliki harapan tinggi yang tidak
realistis tentang keuntungan yang akan diperolehnya dalam pekerjaan baru dan
hal ini sering terbentur pada kenyataan bahwa yang akan mereka peroleh tidak
seperti yang mereka harapakan semula.
c. Kejutan
yang dapat mengakibatkan kecemasan. Kejutan dapat terjadi apabila harapan
mengenai pekerjaan atau diri sendiri tidak terpenuhi.
2. Kedudukan
dan Manfaat orientasi
Menurut Marihot T. E.
Hariandja (2002 : 152), ada sejumlah tantangan yang dihadapi organisasi, di
antaranya berupa ketersediaan supply sumber daya manusia yang rendah, adanya
pegawai yang keluar, pensiun, meninggal dunia, kepuasan kerja, motivasi kerja,
semangat kerja, persaigan bisnis yang semakin ketat dan perubahan-perubahan
teknologi. Supply sumber daya manusia yang rendah baik internal maupun
eksternal, dapat menghendaki dilakukannya pengaturan kembali tenaga kerja
melalui penempatan pegawai untuk memanfaatkan sumber daya manusia yang ada
secara optimal.
Adanya pegawai yang
keluar, pensiun dan meninggal dunia mengakibatkan perlu dilakukan perekrutan
dan seleksi pegawai baru yang selanjutnya harus ditempatkan pada jabatan yang
tepat dalam upaya merealisasikan tujuan karier pegawai, perlu dilakukan penempatan.
Untuk meningkatkan kompetensi organisasi dalam bentuk adanya persediaan pegawai
yang memadai perlu dilakukan orientasi kerja untuk memberikan pengalaman baru
dan pengetahuan baru bagi pegawai.
Menurut apa yang saya
kutip dari situs internet www.jurnal-sdm.blogspot.com pada dasarnya
program orientasi bagi karyawan baru sangatlah mutlak diperlukan baik ditinjau
dari sudut kepentingan perusahaan maupun karyawan itu sendiri yang tujuan
pokoknya agar setiap karyawan baru:
a. Dapat
beradaptasi dan berinteraksi dengan kondisi lingkungan yang baru dimasuki
b. Dapat
memahami organisasi dan budaya perusahaan (visi, misi, nilai inti dan kegiatan
operasionalnya),
c. Mempunyai
kesamaan pola (paradigma) pikir dan terakhir,
d. Sebagai
bekal sebelum yang bersangkutan bertugas di tempat kerjanya masing-masing
Dessler (2003)
menyampaikan bahwa program orientasi yang diberikan kepada karyawan baru saat
mereka pertama kali masuk kerja setidaknya mempunyai tujuan antara lain:
a. Untuk
mengurangi biaya di mana orientasi diharapkan mampu membantu karyawan baru agar
cepat incharge dalam pekerjaannya.
b. Mengurangi
kecemasan. Kebanyakan karyawan mengalami kecemasan ketika masuk ke dalam
situasi kerja yang baru. Pengalaman menghadapi kecemasan ini berpengaruh
padanya dalam mempelajari pekerjaannya. Orientasi membantu karyawan untuk
mengatasi kecemasan tersebut dengan membantu karyawan dengan memberikan pedoman
yang dibutuhkannya untuk dapat bekerja dengan baik.
c. Mengurangi
turn over karyawan. Karyawan pindah kerja karena merasa tidak dihargai
atau merasa tidak berada pada posisi yang tepat pada pekerjaannya. Program
orientasi menunjukkan bahwa perusahaan menghargai karyawannya dan membantu
menyediakan alat / fasilitas yang dibutuhkan untuk dapat sukses dalam
pekerjaannya.
d. Menghemat
waktu untuk supervisi. Program orientasi karyawan baru membantu karyawan untuk
cepat memahami pekerjaannya sehingga bisa langsung incharge dalam kerjanya.
Supervisi atau atasannya tidak perlu menyediakan waktu yang lama untuk
melakukan mentoring agar mereka dapat bekerja sesuai harapan.
e. Membangun
harapan yang positif terhadap pekerjaannya, sikap yang positif dan kepuasan
kerja. Sangatlah penting bahwa para karyawan belajar sesegera mungkin apa yang
menjadi harapannya, apa yang diharapkan padanya, selain belajar tentang nilai
dan sikap yang ada dalam organisasi.
Menurut Marihot T. E.
Hariandja (2002 : 156) program orientasi merupakan suatu cara yang penting
untuk membantu pegawai baru memenuhi tujuan-tujuan pribadi dan organisasi. Di
samping itu, sebagaimana dikatakan oleh Michael Harris, early interaction with
the organization have lasting effect, atau interaksi pertama dengan organisasi
mempunyai efek yang lama pada pegawai, sehingga pertemuan pertama harus
dilakukan dengan baik, memberi kesempatan belajar tentang keseluruhan bidang,
kegiatan perusahaan, bimbingan pada pegawai baru yang akan meningkatkan
kepuasan dan produktivitas kerja mereka. Kemudian satu keadaan umum yang
biasanya dihadapi oleh sebuah perusahaan adalah pegawai lebih besar
kemungkinannya meninggalkan pekerjaan pada beberapa bulan pertama dibandingkan
dengan waktu lain bilamana harapan-harapan mereka tidak terwujud.
3. Jenis
Orientasi
Dari apa yang saya
kutip di situs internet www.jurnal-sdm.blogspot.com menurut Goldthorpe
(1968) ada 3 jenis orientasi Kerja karyawan dalam bekerja yaitu:
a. Instrumentally
Goldthorpe (1968)
menjelaskan bahwa pada jenis pendekatan ini setiap karyawan memandang pekerjaan
sebagai suatu tujuan akhir. Dimana karyawan-karyawan tersebut bekerja
berdasarkan satu alasan yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Selain itu juga dalam orientasi ini, ada juga karyawan yang memilih untuk
bekerja dengan alasan untuk menunjang gaya hidup mereka secara spesifik. Gaya
hidup yang dimaksud adalah kondisi-kondisi yang dialami atau dijalani oleh
masing-masing karyawan. Instrumentally dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1) Short-term
instrumentally orientation Jenis orientasi kerja ini merupakan sebuah upaya
yang dilakukan karyawan-karyawan untuk mendukung dan menambah pendapatan utama
dengan cara bekerja di tempat lain, dan menjadikan pekerjaan ini sebagai
pekerjaan sekunder. Karyawan pada jenis orientasi ini menganggap pekerjaan ini
hanya bersifat sementara saja.
2) Long-term
instrumentally orientation Long-term instrumentally orientation adalah upaya
dari karyawan-karyawan untuk menjadikan sebuah pekerjaan sebagai pekerjaan
primer. Long-term instrumentally orientation dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Part-time
employee atau karyawan paruh waktu : Untuk jenis karyawan paruh waktu, alasan
memilih untuk menjalani pekerjaan dengan cara ini biasanya berhubungan dengan
keterbatasan waktu yang mereka miliki. Biasanya karyawan jenis ini adalah dari
golongan pelajar atau mahasiswa yang harus membagi waktu antara pekerjaan dan
waktu untuk belajar, selain itu juga dari golongan wanita yang memiliki
anak-anak yang masih berusia dibawah lima tahun.
b) Full-time
employee atau karyawan tetap : Jenis karyawan ini merupakan jenis karyawan yang
secara konsisten meluangkan secara penuh waktu yang dimiliki untuk melakukan
suatu pekerjaan dengan menjadi karyawan tetap, dan tidak membagi waktu bekerja
yang dimiliki untuk bekerja di tempat lain.
b. Solidaristic
Dimana pada
pendekatan orientasi kerja jenis ini, Goldthorpe (1968) menjelaskan bahwa
setiap karyawan memandang sebuah pekerjaan bukan secara simple sebagai tujuan
akhir saja, melainkan segi yang dikedepankan adalah hubungan dan aktivitas
sosial yang bisa didapat, dan ini dipandang sebagai bentuk emotionally
rewarding. Karyawan yang memilih orientasi kerja jenis ini dalam memilih tempat
bekerja, lebih memperhatikan suasana bekerja berdasarkan hubungan sosial yang
kuat. Hubungan sosial disini yang dimaksudkan adalah komunikasi dan kerjasama
yang terjalin antara individu baik itu antara sesama karyawan dalam satu
departemen maupun antar departemen.
Menurut Lucas (1995)
dan Kitching (1997) dikatakan bahwa bagi karyawan HI, adalah sisi sosial dari
sebuah pekerjaan yang membuat para karyawan tersebut tetap merasa betah pada
pekerjaan mereka dan juga membuat para karyawan tersebut untuk tetap
mengoptimalkan diri dalam bekerja. Selain itu, hubungan sosial yang kuat yang
karyawan jenis ini inginkan bukan hanya sebatas di lingkungan kerja, melainkan
hubungan sosial ini harus juga dapat diteruskan di kehidupan diluar pekerjaan.
Misalnya dengan pergi makan, jalan-jalan, kegiatan lain dan bahkan saling
berkunjung ke tempat tinggal masing-masing karyawan.
c. Bureaucratic
Menurut Goldthorpe
(1968) dijelaskan bahwa yang membuat seorang karyawan memilih pekerjaan dan
mengoptimalkan diri pada pekerjaan yang dipilihnya itu adalah hal-hal yang
disediakan oleh perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja. Hal-hal tersebut
dapat berupa fasilitas-fasilitas yang diberikan seperti sarana transportasi,
ruangan kerja yang nyaman untuk bekerja, sampai ke peralatan-peralatan kerja
yang canggih, modern dan mendukung, penghargaan atas prestasi kerja, besar
kecilnya gaji dan tunjangan-tunjangan yang ditawarkan, kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan oleh perusahaan, bimbingan dari perusahaan yang diberikan melalui
atasan dan yang tidak kalah pentingnya adalah jenjang karir yang jelas.
Meskipun suasana sosial yang ada tidak mendukung, para karyawan tersebut tetap
mengoptimalkan diri dalam bekerja, karena karyawan jenis orientasi ini lebih
mementingkan self-development dan lebih bertujuan ke peningkatan jenjang karir.
B.
Manfaat
Orientasi Pegawai
1. Mengurangi perasaan diasingkan,
kecemasan, dan kebimbangan pegawai.
2. Dalam waktu yang singkat dapat
merasa menjadi bagian dari organisasi.
3. program orientasi juga akan
mempercepat proses sosialisasi
C.
Tujuan
Orientasi Pegawai
Orientasi bertujuan untuk mempercepat masa adaptasi sehingga
karyawan baru dapat bekerja lebih cepat dan lebih baik. Program orientasi
dirancang untuk memberikan kepada karyawan baru informasi yang dibutuhkannya
agar dapat bekerja dengan enak dan efektif dalam organisasi. Tujuan orientasi
adalah untuk mendapatkan SDM yang dapat melakukan pekerjaan secara tepat.
1. Membekali pegawai baru dengan
materi-materi pekerjaan yang akan dijalani
2. Memberikan kemudahan seorang pegawai
baru untuk beradaptasi.
3. Memberikan informasi kepegawaian
dari tahap pekerjaan yang akan dijalani.
Menurut Moekijat (1991 : 94) :
1. Memperkenalkan pegawai baru dengan
tempatnya bekerja
2. Menghindarkan adanya kekacauan yang
mungkin disebabkan oleh seorang pekerja baru ketika diserahi pekerjaan baru
3. Memberi kesempatan pada pegawai
untuk menanyakan masalah tentang pekerjaan mereka yang baru
4. Menghemat waktu dan tenaga pegawai
dengan memeberitahukan kepada mereka ke mana harus meminta keterangan atau
bantuan dalam menyelesaikan masalah yang mungkin timbu
5. Menerangkan peraturan dan ketentuan
sedemikian rupa sehingga pegawai baru dapat menghindarkan rintangan atau
tindakan hukuman yang akan terjadi karena pelanggaran peraturan yang tidak
mereka ketahui
6. Memberikan pengertian kepada pegawai
baru bahwa mereka adalah bagian yang penting di dalam sebuah organisasi
7. Untuk mengurangi biaya di mana
orientasi diharapkan mampu membantu karyawan baru agar cepat incharge
dalam pekerjaannya.
8. Mengurangi kecemasan. Kebanyakan
karyawan mengalami kecemasan ketika masuk ke dalam situasi kerja yang baru.
Pengalaman menghadapi kecemasan ini berpengaruh padanya dalam mempelajari
pekerjaannya. Orientasi membantu karyawan untuk mengatasi kecemasan tersebut
dengan membantu karyawan dengan memberikan pedoman yang dibutuhkannya untuk
dapat bekerja dengan baik.
9. Mengurangi turn over
karyawan. Karyawan pindah kerja karena merasa tidak dihargai atau merasa tidak
berada pada posisi yang tepat pada pekerjaannya. Program orientasi menunjukkan
bahwa perusahaan menghargai karyawannya dan membantu menyediakan alat /
fasilitas yang dibutuhkan untuk dapat sukses dalam pekerjaannya.
10. Menghemat waktu untuk supervisi.
Program orientasi karyawan baru membantu karyawan untuk cepat memahami
pekerjaannya sehingga bisa langsung incharge dalam kerjanya. Supervisi atau
atasannya tidak perlu menyediakan waktu yang lama untuk melakukan mentoring
agar mereka dapat bekerja sesuai harapan.
11. Membangun harapan yang positif
terhadap pekerjaannya, sikap yang positif dan kepuasan kerja. Sangatlah penting
bahwa para karyawan belajar sesegera mungkin apa yang menjadi harapannya, apa
yang diharapkan padanya, selain belajar tentang nilai dan sikap yang ada dalam
organisasi. Jenis orientasi yang diberikan kepada karyawan baru ada dua
macamnya yaitu orientasi organisasi dimana orientasi dimaksudkan untuk
memberitahu karyawan mengenai tujuan, riwayat, filosofi, prosedur dan
pengaturan organisasi tersebut, serta orientasi unit kerja yang dimaksudkan
untuk mengakrabkan karyawan itu dengan sasaran unit kerja tersebut, memperjelas
bagaimana pekerjaannya menyumbang pada sasaran unit itu dan mencakup perkenalan
dengan rekan-rekan kerja barunya
D.
Keuntungan
Orientasi
Usaha-usaha orientasi yang efektif juga berkontribusi
terhadap keberhasilan jangka pendek dan jangka panjang. Praktik SDM sebagai
berikut mengandung saran-saran mengenai bagaimana membuat orientasi karyawan
lebih efektif. Beberapa studi penelitian dan survei atas pemberi kerja
melaporkan bahwa sosialisasi dari karyawan-karyawan baru dan komitmen awal
merka pada perusahaan secara positif dipengaruhi oleh orientasi. Sosialisasi
ini meningkatkan “kecocokan antara orang-organisasi”, yang juga menguatkan
pandangan- pandangan positif terhadap pekerjaan, rekan kerja, dan organisasi,
para pemberi kerja telah menemukan nilai dari orientasi bahwa tingkat retensi
karyawan akan lebih tinggi jika karyawan-karyawan baru menerima orientasi yang
efektif.
Orientasi karyawan baru yang efektif membutuhkan perencanaan
dan persiapan. Untuik mencapai hal tersebut maka hal yang perlu dilakukan
adalah :
1. Persiapkan untuk karyawan-karyawan
baru
Karyawan
baru harus merasa bahwa mereka merupakan
bagian dari dan penting untuk organisasi. Supervisor dan unit SDM harus siap
untuk memberikan persepsi ini kepada setiap karyawan baru. Lebih jauh, para
rekan kerja harus siap untuk menerima kehadiran seorang karyawan baru. Manajer
dan supervisor harus mendiskusikan tujuan dari perekrutan pekerja baru tersebut
dengan semua karyawan yang ada sebelum kehadiran pekerja baru.
2. Pertimbangkan penggunaan pembimbing
“teman baik”
Beberapa
organisasi menggunakan rekan kerja
untuk berperan sebagai teman baik atau pembimbing sebagai bagian dari orientasi
karyawan baru. Khususnya berguna untuk melibatkan individu-individu yang lebih
berpengalaman dan berkinerja lebih tinggi yang dapat berperan sebagai teladan
untuk karyawan baru.
3. Gunakan sebuah daftar periksa (checklist)
orientasi
Sebuah
daftar periksa orientasi dapat
digunakan oleh staf departemen SDM, supervisor karyawan baru, atau keduanya
untuk menyediakan informasi yang perlu diketahui oleh karyawan baru. Banyak
pemberi kerja mengharuskan para karyawan baru menandatangani daftar periksa
tersebut untuk menyatakan bahwa mereka telah diberitahu mengenai aturan dan
prosedur yang bersangkutan.
4. Sediakan informasi yang dibutuhkan
Adalah
penting untuk memberi informasi
kepada karyawan mengenai kebijakan, aturan kerja, dan tunjangan dari
perusahaan. Kebijakan-kebijakan mengenai cuti sakit, keterlambatan,
ketidakhadiran, liburan, tunjangan, hal-hal mengenai rumah sakit, parkir dan
aturan-aturan keselamatan harus diketahui oleh setiap karyawan baru. Supervisor
atau manajer karyawan juga harus mendeskripsikan rutinitas dari hari kerja
normal untuk karyawan pada pagi pertama.
5. Sampaikan informasi orientasi secara
efektif
Para
manajer dan staf SDM harus
menentukan cara yang paling sesuai untuk menyampaikan informasi orientasi.para
karyawan akan mengingat lebih banyak informasi orientasi tersebut jika
disampaikan dalam cara yang mendorong untuk belajar. Disamping video, film,
slide, dan grafik-grafik, orientasi yang dilakukan sendiri yang disediakan
dalam bentuk elektronik dapat juga digunakan.
6. Hindari terlalu banyak informasi
satu
kesalahan umum dari program orientasi adalah terlalu banyak informasi. Para
pekerja baru yang diberi terlalu banyak melewatkan detail-detail penting atau
tidak dapat mengingat dengan jelas sebagian besar informasi tersebut.
7. Evaluasi dan tindak lanjut
seorang
staf atau manajer SDM dapat mengevaluasi
efektivitas dari orientasi dengan melakukan wawancara tindak lanjut kepada para
karyawan baru beberapa minggu atau bulan setelah orientasi. Kuesioner karyawan
juga dapat digunakan. Sayangnya, tampaknya sebagian besar pemberi kerja hanya
melakukan evaluasi yang terbatas mengenai efektivitas orientasi atau bahkan
tidak sama sekali.
Apabila proses orientasi tidak berlangsung seperti yang
diharapkan, dapat menimbulkan perasaan cemas yang dapat mengakibatkan semakin
meningginya pengunduran personalia baru. Sebaliknya apabila proses orientasi
berlangsung dengan baik, personalia baru akan merasa bahwa dirinya adalah
bagian dari organisasi, merasa diterima, sehingga dapat memotivasi personalia
baru lainnya untuk beradaptasi.
Hal-hal yang perlu dihindari dalam orientasi
1. Penekanan pada kertas kerja
2. Tinjauan yang kurang lengkap
mengenai dasar-dasar pekerjaan suatu orientasi yang cepat dan dangkal dan
langsung ditempatkan pada pekerjaan.
3. Tugas pertama karyawan baruyang
tidak signifikan
4. Memberi informasi yang terlalu
cepat, proses orientasi yang terlalu banyak dan penyampaian yang terlalu cepat
dapat mengakibatkan karyawan baru tidak terkonsentrasi
E.
Program
Orientasi
1. Company yaitu memahami visi, misi, nilai inti, organisasi dan sistem
manajemen yang digunakan.
2. Customer & competitor dengan fokus materi pada pengenalan
siapa pelanggan dan pesaing perusahaan.
3. Customes & manners yaitu berisi kebiasaan dan
peraturan tak tertulis.
4. Teams dengan materi pengenalan karyawan
dan pekerjaan / proses kerja di bagiannya.
5. Company regulations yaitu pengenalan etika kerja, serta
peraturan-peraturan perusahaan yang tertulis
6. Job yaitu pengenalan pekerjaan yang akan
dilakukan.
7. Facilities yaitu pengenalan tentang segala
macam fasilitas perusahaan dalam rangka menunjang kerja.
Orientasi institusi yang melibatkan
penjelasan tentang ;
1. Misi rumah sakit, riwayat, dan
tujuan spesifik RS / organisasi
2. Struktur dan kepemimpinan
3. Kebijakan personalia, evaluasi
kerja, promosi, cuti
4. Perilaku yang diharapkan,
pengembangan staf, dan program pembinaan yang ada
5. Hubungan antar karyawan dan hubungan
dengan pimpinan
Orientasi pekerjaan yang melibatkan
tindakan untuk ;
1. Memahami tujuan bagian keperawatan
dan bagaimana tujuan diterjemahkan kedalam deskripsi pekerjaan
2. Memahami tujuan keperawatan dan
hubungannnya dengan tujuan individu
3. Menciptakan tujuan interpersonal
4. Memperkenalkan pekerjaan, prosedur,
dan kebijakan yang ada
5. Melakukan orientasi tempat,
fasilitas dan perlengkapan yang ada
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan ini
dapat dismpulkan bahwa Orientasi adalah program yang dirancang untuk menolong
karyawan baru (yang lulus seleksi) mengenal pekerjaan dan perusahaan tempatnya
bekerja. Program orientasi sering juga disebut dengan induksi. Yakni
memperkenalkan para karyawan dengan peranan atau kedudukan mereka, dengan
organisasi dan dengan karyawan lain.
Orientasi
dilaksanakan karena semua pegawai baru membutuhkan waktu untuk dapat
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan kerjanya yang baru.
Orientasi memiliki kedudukan dan kegunaan yang sangat penting bagi suatu
perusahaan, diantaranya yaitu agar karyawan baru dapat beradaptasi dan
berinteraksi dengan kondisi lingkungan yang baru dimasuki, dapat memahami
organisasi dan budaya suatu perusahaan dan mempunyai pola pikir yang sama.
Kegiatan penempatan pegawai dalam fungsi kepegawaian dimulai setelah organisasi
melaksanakan kegiatan penarikan dan seleksi, yaitu pada saat seorang calon
pegawai dinyatakan diterima dan siap untuk ditempatkan pada jabatan atau unit
kerja yang sesuai dengan kualifikasi. Namun ternyata permasalahannya tidak
sesederhana itu. Karena justru keberhasilan dari keseluruhan program pengadaan
tenaga kerja terletak pada ketepatan dalam menempatkan pegawai yang
bersangkutan.
B.
Saran
Saran dan harapan
saya sebagai penulis dan untuk para pembaca makalah ini agar bisa memahami
lebih dalam lagi arti dari suatu Orientasi dan penempatan pegawai. Dan saya
berharap agar pengaplikasiannya dapat berjalan dengan baik di segala bidang.
DAFTAR
PUSTAKA
Hariandja
T. E. marihot. 2002. Manajemen Sumber daya manusia. Jakarta. PT. Grasindo.
Hasibuan,
H. Malayu DR. S. P. 2006. Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta. PT. Bumi
Aksara Sondang P. Siagian Prof. DR. MPA. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta. Bumi Aksara www.jurnal-sdm.blogspot.com
Comments
Post a Comment